Facebook MAN IC

Home » » Keberhasilan MAN Insan Cendekia Mengadopsi Keungulan Pesantren

Keberhasilan MAN Insan Cendekia Mengadopsi Keungulan Pesantren

MAN IC Aceh Timur
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia adalah lembaga pendidikan yang sejak awal telah mengambil keunggulan-keunggulan yang ada di pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Penanaman akhlaq dan nilai-nilai keislaman terintegrasi dalam proses pembelajaran.

Demikian disampaikan Joko Miranto, guru senior yang pernah menjadi kepala sekolah MAN Insan Cendekia di Gorontalo, kepada pendidikanislam.id beberapa waktu lalu.

Lalu, apa yang membedakan MAN Insan Cendekia dengan pesantren? Menurut Joko, di MAN Insan Cendekia, aspek akademik diperketat. Para gurunya harus memenuhi kualifikasi tertentu. Lalu tradisi juara juga ditanamkan kepada siswa. Semua tidak berjalan begitu saja. Berbagai proses dan strategi dilakukan untuk mewujudkan semua tujuan.

Pada saat pertama didirikan tahun 1990-an, Insan Cendekia masih berada di bawah naungan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi).

“Saya belum seperti apa model pendidikannya. Namun yang pasti waktu itu sekolah ini akan merekrut anak pesantren supaya dapat pengetahuan sekolah umum,” kata Joko.

Semangat awal Insan Cendekia waktu itu adalah menampung anak-anak yang potensial dari pesantren. Menurut Joko, jumlah siswa  yang belajar di pesantren sangat besar, berkisar 60-70 persen dari total jumlah siswa yang belajar di seluruh Indonesia. Hampir semua pesantren merupakan inisiatif dari masyarakat dan kurang mendapat perhatian dari pemerintah.

Sementara di sisi lain, pesantren diakui mempunyai banyak keunggulan.”Justru pendidikan yang terbaik adalah pesantren. Insan Cendekia sebenarnya meniru modelnya pesantren, bukan bikin sendiri. BPPT waktu itu secara khusus mempelajari kelebihan pesantren. Kemudian kelebihan itu digabungkan dengan kelebihan yang ada di sekolah umum sehingga jadilah Insan Cendekia ini,” katanya.

Keunggulan pesantren adalah keberhasilannya menanamkan sikap dan prilaku. Itu terintegrasi dalam semua aspek pembelajaran, dari mulai bangun pagi, sampai tidur kembali. Penanaman akhlak dan nilai-nilai kegamaan diajarkan secara praktis ketika berada di lingkungan pesantren. Para siswa juga tinggal di asrama sehingga fokus kepada pendidikan.

“Tapi pesantren memang kan fokusnya di situ. Untuk akademiknya memang perlu ditingkatkan. Saya juga paham karena di pesantren SDM-nya terbatas. Misal guru yang mengajar matematika asalnya bukan orang matematik. Tapi secara umum sampai sekarang yang terbaik itu sistem pesantren,” katanya.

Menurut Joko, MAN Insan Cendekia ini mengambil keunggulan pesantren itu dengan menutup kekurangannya.

Previous
« Prev Post